Kampung Seni Yudha Asri

Tradisi "Ngabendrong" adalah tradisi yang dilakukan ketika seseorang ingin melaksanakan pernikahan atau khitanan, umumnya dilaksanakan tiga atau empat hari sebelumnya. Tujuannya disamping menghibur, juga mendoakan agar acara pernikahan/khitanan berjalan dengan baik dan lancar. Tradisi ini umumnya dilakukan oleh ibu-ibu, dengan menggun akan pemukul kayu atau oleh masyarakat setempat disebut "halu". Alat pemukul tersebut dipukulkan ke lesung dengan irama tertentu. Tradisi ini juga sambil menghibur orang-orang/tetangga yang membantu kepada pihak yang ingin menikah/khitanan. Sambil ibu-ibu "ngabendrong" para kaum pria biasanya sambil "Ngadodol" atau membuat dodol yang merupakan tradisi dan ciri khas warga setempat.     Klik play untuk melihat video

Kumpul - Kumpul Komunitas Sepeda di Kampung Seni Yudha Asri, Minggu 6 Maret 2011.

Reuni angkatan tahun 2008 SMA Kopo - Maja, Serang. Minggu 6 Maret 2011 di Area Taman Kampung Seni Yudha Asri.

Tim Kesayangan Kampung Yudha Desa Mander, Yudha Fc harus puas di semifinal, setelah ditumbangkan rivalnya Junti Fc melalui adu penalti dengan skor 5 - 6. Berikut adalah beberapa dokumentasi ketika latihan dan pertandingan berlangsung.  

Kampung Seni Yudha Asri, bukan hanya sekedar menyajikan seni tradisional. Guna memaksimalkan potensi anak-anak muda dalam berkreatifitas, kami mengkombinasikan antara Seni Klasik dan Modern. Mereka berekspresi sesuai 'style'nya masing-masing, ada yang bermian Rock, Pop, Reage bahkan Dangdut. Latihan biasanya dilaksanakan setiap sabtu malam dan hari minggu. Bagi teman-teman semua yang berada diluar Kampung Seni, jangan pernah sungkan untuk berekspresi, kami sangat 'welcome' kepada siapa saja yang ingin menyumbangkan lagu disini. Berikut adalah beberapa aktivitas anak-anak muda kampung seni yang diambil beberapa waktu lalu.  

Jum'at malam, sekitar pukul 08.00 wib tanggal 19 Februari 2011, Kampung Seni Yudha Asri, di kunjungi oleh orang yang tidak biasanya. Kali ini adalah tiga orang yang berasal dari negara barat daratan eropa, yaitu Prancis. Dengan logat yang masih kebarat-baratan mereka mengucapkan "Assalamu'alaikum" sapa mereka, "Wa'alaikumalam" sambut kami yang berada di lokasi Taman dan Gedung Kesenian. Setelah mereka ngobrol-ngobrol dengan Ketua Kampung Seni, Bpk. M. Hafid Nur, kemudian Mickel, George dan Gabriel langsung melihat-lihat area sekitar Taman, Saung, perangkat alat musik tradisional dan Gedung Kesenian. Mereka datang ditemani oleh Kambris, seorang yang memandu mereka dari Pamarayan ke Kampung Seni Yudha Asri, mereka bercanda-canda dengan orang-orang di sekitar taman, bermain panco, dan memainkan alat musik. Berikut adalah foto-foto yang diambil oleh tim dokumentasi.